Sebenarnya ide tulisan ini sudah ada di kepala sejak malam itu Mang Aduy resmi jadi gubernur baru KPMJB (Keluarga Paguyuban Masyarakat Jawa Barat) priode 2017-2018. Tapi karena kebetulan saya adalah anggota SPA (Sidang Permusyawaratan Anggota), saya berubah menjadi manusia nokturnal yang jam kerjanya adalah malam hari dan di pagi harinya bermesraan dengan kasur.
selain itu sibuk –lebih tepatnya sibuk ngahuleung-mengurusi keharmonisan anggota, membuat pamflet acara, dan meredamkan rindunya kamu-iya, kamu- jadilah kegiatan tulis-menulis saya terganggu. Alhasil blog saya bagaikan kandang yang ditinggal pergi oleh majikannya.  Whatever, sebelum semua kenangan pada malam pesta rakyat KPMJB itu menjadi benar-benar basi mari kita abadikan pada tulisan ini.

Acara ini adalah acara yang biasa dilakukan oleh setiap kekeluargaan mahasiswa Indonesia di Mesir untuk memilih calon gubernur baru bagi daerahnya masing-masing. Selain untuk memperbaharui sistem dan kinerja kekeluargaan, acara ini juga pembelajaran untuk berdemokrasi dan bermusyawarah. Acara ini ditangani oleh panitia SPA (Sidang permusyawaratan Anggota) di bawah naungan MPA (Majelis Permusyawaratan Anggota).

Panitia SPA yang dimotori oleh Mang Opik-yang udah ngga jomblo-telah melakukan beberapa rapat untuk mensukseskan acara pemilihan gubernur baru KPMJB. Saya sangat senang dengan kinerja teman-teman yang sangat bersemangat dan antusias. Semuanya sibuk, dan gegap gempita. Tak mau kalah juga tim suskses dari kedua belah pihak calon gubernur yang sudah mengambil ancang-ancang untuk menjadikan cagub usungannya pemenang tahta tertinggi di KPMJB.

Tim sukses dari kedua belah pihak sibuk menyebarkan visi-misi cagub-ditambah poto cagub dengan senyum ala Pepsodent- nomor  pertama dan nomor kedua melalui media berupa lembaran kertas, poster dan pamflet. Iya, pamflet yang tersebar melalui Whatsapp bagai iklan pengurus badan-alhamdulilah saya ngga butuh obat ini-yang sering nyepam di akun sosial kita. Mungkin  tujuan menigirim pamflet-pamflet yang berulang kali adalalah memastikan kita melihat dan menghapusnya seketika, ahaha. Tapi saya berikan apresiasi kepada siapapun tim sukses yang amat gencar bergrilya. Hebat, kalian nyepam cuman di HP bukan di pohon, dinding, tiang dan angkot kaya di Indonesia.

Akhirnya malam yang ditunggu-tapi ngga nungguin sidangnya-tiba. Penghitungan suara telah dimulai, setiap orang harap-harap cemas-saya juga cemas, chatnya kamu lama ngga dibales-. Berharap agar pilihan cagubnya menjadi juara. Di dekat papan penghitungan suara duduk Mang Ocin cagub nomor pertama dan mang aduy cagub nomor kedua. Mereka berdua duduk dengan khidmat, Mang Aduy memejamkan matanya dan mang ocin lebih sering melemparkan pandangannya ke arah lantai. Entah apa yang mereka berdua pikirkan. Mungkin sedang beradu azimat dalam diam. 

Pada akhirnya waktulah yang berbicara. Kertas suara terakhirpun telah disobek tanda terpakai hak suaranya. Mang Aduy keluar sebagai pemenang dengan suara yang terpaut sedikit dari Mang Ocin. Bagi saya memilih antara Mang Aduy dan Mang Ocin ibarat memilih sandal kanan atau sandal kiri. Tidak bisa salah satunya, keduanya saling melengkapi. Tapi inilah demokrasi, di mana suara terbanyak adalah pemenang. Jadi kalau demokrasi tidak ada istilah “yang kuat, yang menang” tapi lebih tepatnya “yang banyak suaranya yang menang”. Persis seperti Mang Emil yang banyak suara dan tingkah lakunya yang  membuat acara lucu. Ngga ada KPMJB kalau ngga ada Mang Emil.

Acara pun selesai dengan senyum pada setiap wajah warga Masisir KPMJB, setiap tim sukses memberikan kata selamat. Mang Aduy  dan Mang Ocin  berjabat tangan dan kemudian berpelukan. Tanda lawan pada kampanye usai dan persahabatan terus sampai kapanpun.

Secara tiba-tiba saya berfikir dan bernostalgia dengan negara tercinta kita Indonesia Pertiwi. Yang betapa seringnya kita dengar berita tentang adanya black campaign, serangan fajar dengan membagikan uang, penyebaran hoax yang tidak mutu-seperti si bapak ini selingkuh dengan si anu-, penyebaran poster kampanye yang semeraut atau kecurangan-kecurangan yang terorganisir. 



Andai saja setiap acara pesta demokrasi rakyat Indonesia berjalan seperti pemilihan cagub KPMJB yang dimulai dengan kata saudara dan diakhiri dengan kata keluarga. Saling menghormati, saling berbalas senyum. Meluruskan presepsi dengan kepala dingin. Semoga Indonesia kita selalu manis dan harmonis.