Setiap orang di gerai kopi ini sama.
Mencoba membuang sepinya pada setiap cangkir,
dengan bahasa yang cepat dan asing, ditambah senyum yang hampir basi.

Tapi aku kebalikannya, malah mengumpulkan dan memungut bayangmu dari setiap jarak.

Orang-orang di luar sana berubah menjadi robot, jarum jam, dan setir kendaraan.
Seperti gedung-gedung yang kaku di malam dingin. Dan cemburu pada gemintang.
Sama denganku yang cemburu dengan cerminmu.
Yang selalu bisa menatap setiap garis wajahmu.

Sejak awal kopi ini rasanya itu saja.
Rasa rindu yang mengawan bersama aroma kopi.
Atau seperti  angkasa yang selalu mengayunkan awan.
Cangkir ini selalu penuh dan luas.
Seperti arti elegi cinta padamu.

Kairo, 11 Maret 2017