“Ustad, KSW di mana ya?” Tanya seorang mahasiswa memecah pagi dan semangat saya untuk pergi ke Darosah membahas kisi-kisi ujian bersama para cendikiawan Khudrowi. Kamu dari sini pergi naik angkutan umum warna putih sampai ke Suk Sayarot. Udah gitu nyebrang, terus naik lagi pake mobil yang sama, tapi ke arah yang berlawanan. Ikutin aja, nah sampai di sebrang sana lagi kamu berhenti.itu dia KSW. Hati kecil usil ini mulai mengeluarkan dua tanduknya…

 “Itu, di sebrang ustad persis, itu KSW.” Potong teman saya berambut keriting nan eksotis. Hampir saja mulut ini merefleksikan keusilan hati yang rapuh dan kesepian ini. Hihihi 

Maba kok ngga tau ya sama KSW yang punya pintu kayu khas Jawa segede rumah DPR yang lagi cuti di lapas. Eh, maksudnya segede gerbang alpamaret. Oh iya deng, maba kan singkatan dari Mahasiswa Baru. Kenapa ya, setiap kekeluargaan tidak memasang neonbox di dinding gedung yang mereka huni? Pasang saja neonbox bertuliskan singkatan kekeluargaan beserta foto para gubernurnya yang guanteng itu. Selain mempermudah untuk menemukannya, lumayan juga kan buat nerangin jalanan Mesir yang gelap ini.

Kata para senior di sini, mereka bisa tahu maba hanya dari melihat. Katanya maba kalau jalan suka ramean, kalau ngomong masih pake fushah ala-tuul, kalau ketemu menara masjid bagus dikit atau tempat keren bakal foto, masih bingung membedakan mana tojin dan kusyari, dan petunjuk lainnya yang entah dari mana mereka dapat .  Ngga apa, saya juga dulu pernah merasakan kasta yang sering di-hahahihi-kan para senior yang bersahaja. 

Ok, kembali ke maba yang lugu dan berapi-api—entah kalau senior yang lain manggil maba seperti apa. Selamat datang di Mesir, negerinya para pemberani dan selamat datang di hadapan kampus al-Azhar, kampus yang lebih dari sekadar kampus Hogwarts—soal negerinya para pemberani dan kampus Hogwarts saya bahas di tulisan lain. Bagaimana hasil ujian Tahdid Mustawa kalian? Semoga mendapatkan yang terbaik ya. Jangan sedih bagi kalian yang mendapatkan tingkat Mubtadi Awal atau Mubtadi Tsani, tak da yang perlu kalian khawatirkan selain untuk bayar rusum yang lebih banyak dari tingkat yang diatasnya. Hihihi

Sebelum petuah ini saya sampaikan untuk kalian, baiknya kita samakan dulu kasta yang bullshit ini. Katanya kalau nasihat datang dari senior yang belom jauh-jauh amet—apalagi senior yang ngga terkenal dan ganteng—itu ya bagaikan seekor semut yang jatuh di hati, eh jatuh di atas kepala. Ngga kerasa dan tidak berbekas. Saya selalu berpendapat tentang senior—khususnya kaka tingkat—adalah mereka sama juga dengan juniornya, yang membedakan hanyalah nasib yang tipis. Hanya saja mereka terlahir lebih dahulu, mereka masuk kuliah lebih dahulu, kemudian mereka lebih dahulu beberapa semester di atas kita—itu kalau alhamdulilah mulus najah ya. 

Maksud saya di situ bukan untuk mengajari kalian berhenti dan ogah menghormati yang lebih tua. Tapi, untuk menghilangkan kesan kaku atau ketakutan karena ada hirarki yang membatasi satu sama lain dan untuk menghapuskan kesenioritasan yang “berlebihan”. Menghormati itu ke wajiban kita kepada yang lebih muda, sesama, dan yang tua. Karena kita sama-sama tahu, “Di mana bumi dipijak, disitu langit dijunjung.”

Petuah ini lebih kepada himbauan kehati-hatian. Karena mungkin kalian wahai para maba masih saja ngotot berkhayal negeri ini seindah cerita Ayat-Ayat Cinta. Baiklah mari kita mulai;

Hati-hati, Jika kalian berada di luar. Baiknya kalian menghindari tempat-tempat yang sepi dan gelap. Para haromi di situasi itu suka beraksi dengan tiba-tiba menghadang kalian dan kemudian menodongkan senjata tajam. Bahkan ada juga yang menodongkan senjata api. Jadi amannya kalian yang belum tahu keadaan medan sekitar, keluarlah sebelum malam dan pulanglah secepatnya. Kalaupun terpaksa pergilah bersama-sama, atau mintalah senior untuk menghantarkan kalian pergi. Oh iya, Carilah senior yang ngga modus dan berkredibilitas ya. Hya, hya, hya~

Hati-hati, saat kalian berada di rumah. Silakan tanya kepada senior kalian tentang cerita-cerita kejahatan di musim dingin yang lalu. Pasti kalian akan ngeri mendengarnya. Ya, coba bayangkan saja kalian yang sedang pulas-pulasnya tertidur tiba-tiba bangun dan sudah ada sebilah parang persis di depan mata kalian. Para haromi tidak akan segan mendobrak rumah incarannya. Untuk keamanan rumah yang lebih terjaga pasanglah teralis, kemudian rantai serta gemboklah sebelum tidur. Dan jangan lupa buatlah jadwal piket jaga rumah di kala solat Jumat. Sebab biasanya juga haromi beraksi saat kalian meniggalkan rumah untuk solat jumat, mereka sangat cepat dan terampil—sebagai maling. Terdengar lebay sih , tapi faktanya memang terjadi. Daripada kehilangan dia, eh kehilangan harta, lebih baik selalu berhati-hati kan?

Hati-hati, ketika menaiki kendaraan umum. Nah, di kendaraan umum ini banyak cerita terjadi. Selain cerita cintanya si doi yang terjadi akibat si cowo dengan terpaksa memberikan kursinya, banyak juga cerita duka kehilangan harta. Sebut saja di bis 80 coret, selain romantis dan iconic bis ini juga kadang berubah menjadi mengerikan. banyak sekali cerita mahasiswa yang kehilangan dompet dan HPnya. Ya, apalagi selain ulah si haromi yang mencari kesempatan di tengah padatnya penumpang bis . Saya tidak pernah membiarkan dompet dan HP berada di kantong ketika menaiki bis ini. Saya selalu memasukkannya ke dalam tas,  kemudian saya pindahkan tasnya dari punggung ke depan dada saya, agar mudah untuk dilihat dan perhatikan. Untuk para akhwat untuk lebih ekstra berhati-hati, karena beberapa kali saya mendengar cerita adanya “pelecehan seksual” yang terjadi di kendaraan umum. Oh iya, hati-hati juga dengan tuk-tuk, dia memang terlihat imut, tapi tidak sedikit kejahatan juga terjadi dari tuk-tuk. Dari paksaan untuk bayar lebih banyak, ancaman untuk menyerahkan HP dan dompet, hingga penjambretan. Ting, ting!!! Bunyi klakson tuk-tuk yang menyebalkan dan saya sudah minggir jauh untuk menghindari hal-hal yang tak diduga. Kalau sudah tidak haqulyakin naik tuk-tuk kenapa harus memaksa?

Hati-hati, membedakan antara 50 Junayh dan 50 Qirs. Nah ini, betapa kalian begitu polos. Jangan mentang-mentang keduanya berangka sama itu artinya bernilai sama. Kedua pecahan mata uang ini dari dzohir angkanya memang sama. Tapi coba yang 50 Qirs kamu bayarkan untuk biaya transportasi umum dan yang 50 Junayh kamu belikan tho’miyah. Untuk yang pertama, kemungkinan kamu akan diteriaki: “Yabnal kalb, ihrik baitak!” oleh si sopir, dan untuk yang kedua, kemungkinan kamu akan dipuji oleh sipenjual; “Rabbuna yukholiik.” Kemudian kamu akan membawa sekeresek besar penuh thomiyah. Jadi yang perlu kalian ketahui Junayh itu lebih tinggi dari Qirs, jangan dipukul rata dong, Jaenuddin. Masa ada maba bayar ongkos untuk berlima pakai uang 50 Qirs, udah gitu minta kembalian lagi. Lah, lu kata zamannya Jamal Abdul Nasir apa. Ahaha

Hati-hati, bertanya soal tingkat kuliahnya senior. Kalau hal yang satu ini entah kenapa sudah jadi kode etik sesama masisir satu sama lain. Apalagi untuk mereka yang tidak terlalu dekat dengan seniornya. Jangan mentang-mentang kamu lihat wajah senior yang tua, sekonyong-konyong kamu langsung tanya soal tingkat kuliah. Ada dua kemungkinan yang akan dilakukan senior jika ditanya soal tingkat. Pertama, menjawabnya, kedua, melemparkan senyum manis plus muka yang dipaksakan baik-baik saja. Senyum manis yang seperti itu bisa merusak pembicaraan dan kamu akan dicap maba yang sontoloyo. Entahlah apa yang membuat itu tabu, tapi saya yakin berjalannya waktu kamu akan paham soal itu. Atau barangkali nanti bangku kuliah—bangku kuliah loh, bukan bangku DL—akan menjawab keluguan kalian wahai maba. “Assalamualaikum, ustad sekarang tingkat berapa?” Tanya maba tanpa basi-basi dan penuh dengan cengangas-cengenges. Sontoloyo~

Hati-hati, sama modusnya senior. Yang terakhir ini sih khusus buat maba yang akhwat. Aduh senior itu bisa luluh loh sama junior kalau soal cinta. Tapi, modusnya itu loh yang paripurna. Dari sekadar nganterin pulang, hingga nganterin nonton di Citystar, dari nunjukin tempat jual sayur di pasar, hingga makan berdua di restoran fastfood baru samping KPMJB, dari chat tanya soal pelajaran, hingga chat tanya mau weekend dimana, dan lain-lain dari modus yang secara jelas menggelikan. Beruntung sih kalau serius dan akhirnya berujung pernikahan. Tapi, kalau ternyata modus-modus itu adalah cara kadalawuarsa yang telah diulang-ulang untuk maba disetiap angkatan? Walahyung-yung, senior selalu tahu perbedaan angka tahun kelahiran maba akhwat. Dan apabila dede gemeshnya itu ternyata hanya bertepuk sebelah tangan? Mau apa lagi hayo? Untuk menanggapi itu semua ngga usah repot, kalau sudah ada hablunnya cinta akan bertepi dengan sendirinya kok.

Ya, mungkin dicukupkan sampai di situ dahulu, muqorror sudah melambai-lambai, saya mau seperti orang-orang lagi . Kalau ada yang mau menambahkan silakan. Hidup maba!