BALADA SI PENDAKI
Dia sudah begitu tahu
tanjakan-tanjakan curam seperti Tanjakan
Bapa Tere di Gunung Ciremai
yang megharuskannya merangkak, mendekatkan lutut
dengan dada, memegang ranting untuk menarik langkah dan mencari celah akar hanya
untuk menyeimbangkan langkahnya. Sembari ia dikerjai oleh lumpur, melicinkan
jalan setapak. Itu semua tak ada apa baginya. Tapi, untuk berjalan ke masjid
yang letaknya sepelemparan batu , jalannya nyaman beraspal, ditambah manisnya
senyum pak imam pun ia tak sanggup. Ia lemah diatas kuat, Ia lumpuh dalam
beberapa menit ketika adzan datang.
Ada Gunung Gede-Pangrango yang
Lembah Mandalawanginya penuh bunga edelweis dan
diabadikan dalam puisi. Ia begitu terobsesi dengan salah satu sajak puisinya,
tentu siapa yang tak kenal dengan aktivis dan pendaki kawakan yang menciptakan
puisi mandalawangi-pangrango. Tapi, untuk hadist nabi kita Muhammad shallalahu
alaihi wassalam ia seolah lupa, bahkan merasa asing dengan betapa hikmahnya
kata-kata manusia pilihan Allah itu.
Pernah ia terjebak di dalam
lembah Gunung Sumbing dengan keadaan yang kacau. Kabut yang begitu amarah
menutupi pandangannya, angin lembah pun ikut-ikutan dengan bertiup kencang.
Temannya sudah jauh pergi meninggalkannya. Ia hadapi itu semua dengan tegar dan
tenang, garis wajahnya yakin dan tak ada ketakutan. Tapi, untuk puasa
Senin-Kamis saja ia takut apalagi puasa di Bulan Ramadhan. Sungguh ia begitu
gentar.
Soal menjaga ritme langkah dalam
perjalanan pendakian ia begitu hebat. Jelas, pendakian yang membutuhkan waktu
lama seperti di Gunung Kerinci atau Argopuro bukan masalah. Ia begitu tahu
kapan ia harus melangkah dua kali lebih cepat, mengecilkan jarak kaki ketika
tanjakan, dan kapan harus mengambil napas ketika berjalan mengangkat ransel
yang tingginya menenggealami tubuhnya. Tapi, untuk menjaga ritme duduk
berdzikir atau mengaji, atau mendengarkan khutbah ia begitu keseulitan. Seolah ruangan menjadi
begitu sesak dan sempit, lantai bergejolak ia tak sanggup berlama-lama. Ingin
cepat pergi dan berlalu.
Gunung rinjani punya pesona yang
membuatnya istimewa diantara gunung-gunung yang ada di Indonesia. Kawahnya yang
begitu lebar dan penuh terisi oleh air
dipercantik dengan gunug kecil ditengahnya itu bisa membuat candu bagi para
pendaki. Ya, Danau Segara Anak. Dan ia pernah pergi ke puncak Gunung Rinjani
yang curam dan berpasir tepat pukul 01.00 malam berbalapan dengan matahari.
Tapi tetap saja pukul 04.00 ketika sholat shubuh ia masih tertidur, masih
penasaran dengan kelanjutan dari lezatnya tidur. sampai bantal dan kasur bosan dengannya.
Dan dari semua gunung-gunung yang
pernah ia daki tetaplah masjid, sholat jamaah, mengaji, membaca hadist adalah
pendakian tersusah sekaligus terberat. Tapi, ia selalu berusaha untuk itu
semua. karena ia tahu, ia hanya mahlukNYA seperti gunung-gunung yang menjadi kekasihnya.
1 Komentar
Mantabbb Djiwaaaa
BalasHapus