Seorang bekya (panggilan pemulung di negeri itu) berteriak lantang “bekya, bekya,bekya” yang artinya “rongsokan,rongsokan,rongsokan”. Teriakannya memecah pagi di salah satu sudut kota di negeri padang pasir. Berharap salah satu rumah mebuka pintunya untuk menukar barang bekas dengan uang. Gerobak sampah yang ditarik seekor keledai itu sesekali berhenti  di setiap kotak sampah yang ada di perempatan jalan, kemudian si pemulung memeriksa kotak sampah itu memastikan adakah barang bekas yang bisa dipungut. Tetapi sudah puluhan kotak sampah diperiksa dan ia tidak mendapatkan  apa-apa.


Sampailah ia ditempat sampah yang entah keberapa. Ia turun dari gerobak itu dengan cekatan dan tanpa perintah lagi si keledai diam di tempat. Dalam hitungan beberapa detik tangan si pemulung itu sudah cekatan membongkar-lebih tepatnya memberantakan-sampah yang ada di kotak. Dengan kesal si pemulung itu menggerutu di antara sampah sampah yang tercecer di sekitarnya.

Lee ya raab, sudah kah kau bosan memberiku rizki!? Apakah ENGKAU tak sudi melihat hambaMU ini yang dekil dan lusuh, Apakah ENGKAU tidak akan mendengar doa dari tempat yang bau ini!? Bukankah ENGKAU yang maha mendengar lagi maha melihat!? Tapi, mana buktiMU!?. Kemudian ia meneruskan memungut sambil mulutnya pelan mengumpat kesana-kemari.

Keledai yang diam di gerobak itu memperhatikan tingkah laku majikannya. Kemudian keledai itu berkata ;“ah, dasar majikan yang tak tahu malu. Bagaimana tuhan mau mendengar permintaanmu. Kau saja tidak pernah membukakan tali dileherku”. Seandainya aku bisa menjadi seperti anjing putih itu yang bebas kesana-kemari tanpa tali pelana yang menentukan  arah. Seandainya aku seperti anjing itu aku akan bebas mencari makan apa yang aku mau. Ah, seandainya aku jadi anjing putih itu.

Dan benar tidak jauh dari kotak sampah itu ada anjing putih yang sedang menunggu si pemulung selesai mengorek sampah. Berharap agar si pemulung cepat pergi dan kemudian anjing itu menguasai kotak sampah. Dan anjing itu berkata;”wah, enak sekali jika aku menjadi keledai itu, aku setiap hari akan mendapatkan jatah makan dari si pemulung ”. Sekarang sekedar mencari sedikit makan di tempat sampah saja aku harus antri menunggu pemulung. Ah, betapa enak hidup si keledai.

Dan tiba-tiba seekor kucing melompat ke atas bak sampah sambil tersenyum. Lantas keledai dan anjing pun heran dan kemudian bertanya; “kenapa kau tersenyum kucing!?”. Kucing itupun menjawab;”baiklah, semuanya kita buat sederhana saja. Kenapa kalian tidak ada yang bersyukur?”. Adapun pemulung itu selalu datang siang ke tempat sampah ini? Apa yang ia lakukan di larut malamnya? Adapun kau keledai, mengapa kau tidak mendengar celoteh anjing itu? Bukanhkah mencari makan sendiri itu sulit!? Dan adapun kau anjing, bukankah hidup ini tidak enak jika arah kita ditentukan. Leher diikat, kiri dan kanan mu ditentukan oleh si majikan!?. Sobat, setiap apapun ada kekurangan dan kelebihannya. Dan yang lebih baik adalah mereka yang mau bersyukur.